Powered By Blogger
S'LAMAT DATANG DAN S'LAMAT MEMBACA....Mulailah Segala Sesuatu Dengan Senyuman ^__^

Jumat, 05 November 2010

Sayyidina Umar R.A menangis


Pernahkah Anda membaca dalam riwayat akan Umar bin Khatab menangis? Umar bin Khatab yang terkenal bertubuh kekar dan gagah perkasa sehingga disegani lawan maupun kawan? 

Bahkan dalam satu riwayat, Nabi Muhammad saw menyebutkan kalau setan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka setan pun menghindar lewat jalan yang lain. Subhanallah!


Yang jelas keperkasaan Umar r.a. sudah menjadi buah bibir di kalangan umat Islam. Karena itu kalau Umar sampai menangis tentulah itu menjadi peristiwa yang menakjubkan. Mengapa “Singa Padang Pasir” ini sampai menangis?*
 
Umar r.a. pernah meminta izin menemui Rasulullah saw. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras. Umar berkata, ”Setelah aku mengucapkan salam, aku lalu duduk di dekat beliau. Aku tidak sanggup menahan tangisku ….”

Rasulullah Muhammad saw pun bertanya, “mengapa engkau menangis wahai Umar?” Umar menjawab, “bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuhmu. Padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kaisar dan Kaisar (Rumawi) duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera”.

Dengan lembut, Nabi saw pun kemudian berkata, “mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga. Sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk Hari Akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya.”

Indah nian perumpamaan Nabi saw akan hubungan beliau dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah tempat pemberhentian sementara. Hanya tempat berteduh sejenak, untuk kemudian kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya. Perjalanan menuju alam keabadian.

“Celupkan jari tanganmu ke dalam lautan,” saran Nabi saw ketika ada sahabat yang bertanya tentang perbedaan dunia dan akhirat, “air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan bentangan lautan luas tak bertepi itulah perumpamaan kebahagiaan akhirat”.
 
Dan perliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka sedikit pun tidak dianiaya. (QS Al-Baqarah (2):

Tidak ada komentar:

Posting Komentar