Powered By Blogger
S'LAMAT DATANG DAN S'LAMAT MEMBACA....Mulailah Segala Sesuatu Dengan Senyuman ^__^

Sabtu, 11 September 2010

Manfaat Dibalik Melantunkan Firman Allah


Disini ada kisah inspiratif yang sangat sayang untuk dilewatkan. Untuk apa kita membaca Al-Quran. Semoga kisah yang saya dapat dari facebook ini bisa bermanfaat.

Tersebutlah seorang kakek dan cucunya di belahan bumi bagian barat: Amerika. Keduanya adalah seorang muslim. Setiap pagi, tanpa terkecuali, sang kakek duduk di kursinya di depan perapian dan dengan syahdu melantunkan ayat-ayat Al-Quran. Didesak rasa ingin tahunya, sang cucu bertanya, "Mengapa Kakek selalu membaca Al-Quran? Rutin, setiap pagi?" Ternyata, menurut sang cucu, sulit untuk memahami kandungan ayat-ayat Al-Quran tersebut, pun setelah membaca terjemahannya. "Mengapa memaksakan diri membaca sesuatu yang tidak kita mengerti?"

Mendengar pertanyaan tersebut, sang kakek terdiam. Alih-alih menjawab, sang kakek malah menyuruh sang cucu untuk mengambil keranjang rotan tempat arang dari perapian. Sang kakek menyuruh cucunya untuk mengambil air di sungai dekat rumah mereka menggunakan keranjang hitam legam bekas tempat arang tersebut.

Walaupun sama sekali tidak mengerti dan sedikit merasa tidak puas karena pertanyaannya tidak dijawab, sang cucu menurut. Ia berjalan menuju sungai dan mengambil air dengan keranjang tersebut. Namun air tak pernah terkumpul dalam keranjang: keranjang tersebut terbuat dari rotan dan dengan mudahnya air yang masuk merembes keluar.

Sang cucu memberitahukan hal tersebut kepada kakeknya, mustahil untuk mengambil air menggunakan keranjang rotan tersebut. Sang kakek menyuruhnya mencoba lagi. Dengan patuh, sang cucu kembali ke sungai dan menciduk airnya dengan keranjang tersebut. Dapat ditebak: air pun dengan cepat merembes keluar. Berpikir keras, sang cucu memutuskan untuk berlari sambil membawa keranjang berisi air tersebut. Mungkin saja setibanya di rumah masih ada air yang tersisa di keranjangnya.

Namun tetap saja keranjang tersebut sudah kosong ketika sang cucu mencapai rumahnya. Airnya sudah tercecer keluar sepanjang perjalanannya. Tidak menerima kegagalan, sang kakek tetap menyuruh sang cucu untuk kembali ke sungai dan mengambil air dengan keranjang rotan tersebut.

Berkali-kali sang cucu berlari dari sungai menuju rumahnya sambil membawa keranjang berisi air tersebut. Setiap kali ia menambah kecepatannya. Namun hasilnya tetap sama: air sungai tersebut tak pernah sampai ke rumahnya, ke hadapan kakeknya. Terengah-engah, sang cucu akhirnya berkata pada kakeknya bahwa benar-benar mustahil mengambil air dengan keranjang rotan tersebut.

Demi mendengar pernyataan cucunya, sang kakek tersenyum. Ia mengajak cucunya mendekat. Lalu berkata,"Begitulah cucuku. Maaf membuatmu lelah. Memang tidak ada air yang sampai kesini. Tapi lihatlah, adakah perubahan yang dapat kau lihat pada keranjang tersebut?" Sang cucu memperhatikan keranjang yang sedari tadi dibawanya untuk pertama kali. Benarlah, ia memang tidak menyadarinya sebelumnya karena terlalu berkonsentrasi memikirkan cara bagaimana membawa air dengan keranjang tersebut, tapi keranjang yang tadinya hitam legam karena arang tersebut sekarang bersih, berwarna seasli rotan sebagai bahan pembuatnya.

"Seperti itulah membaca Al-Quran," ucap sang kakek. "Mungkin saat ini kita belum paham artinya, belum mengerti pengamalannya. Tapi tanpa kita sadari, ayat-ayat yang setiap saat kita lantunkan tersebut membuat hati kita bersih dari noda-noda kehidupan, dari buruknya sifat-sifat makhluk fana yang mungkin bersemayam dalam hati kita. Sering-seringlah membaca Al-Quran cucuku, sebagai alat pembersih hati," sang kakek tersenyum menutup wejangannya.

Sang cucu masih terduduk lelah dengan nafas sedikit terengah-engah, namun ia mengangguk paham. Rasa ingin tahunya terpuaskan, ia dapat sesuatu yang berharga hari itu.

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5262804

Tidak ada komentar:

Posting Komentar